Senin, Maret 30, 2015

Innocent not Innocent

Innocent not Innocent

Apa sih yang terlintas di pikiran kalian kalo denger kata innocent, innocent face? Muka tak bersalah, tampang anak kecil, wajah tak berdosa, polos, gak tau apa-apa, bodoh /iya/
Keliatannya aku gak suka ya sama orang-orang berwajah innocent? /iya, banget/ kenapa? /karena saya sendiri berwajah innocent/;( /kata banyak orang sih gitu, dan saya sendiri ngerasa begitu/ ya sudah, intinya saya tidak suka orang berwajah innocent dan saya tidak suka wajah saya sendiri (tidak suka orang-orang yang mempermasalahkan tampangku). Titik!

Awalnya aku gak peduli bagaimana tampang orang-orang dan tampang saya sendiri yang saya dapatkan dari lahir, wajah saya begini tanpa di ada-ada, mau pake make-up atau tidak, sehabis bangun tidur atau sedang beraktifitas, marah atau senang ya ekspresi saya semua hampir seperti ini, datar-datar saja. Awal permasalahannya itu ketika aku duduk di bangku SMP, banyak orang yang menganggapku remeh karena tampang anak kecilku ini. Kalo sekali dua kali aku bisa maklum, tapi ini hampir selama tiga tahun aku di SMP dan aku selalu diremehin, sering dikira aku gak bisa apa-apa, tidak berbahaya, bahkan dalam permainan aku sering jadi anak bawang karena dikira gak bisa jaga diri sendiri.

Hell please, tampangku memang seperti ini dari lahir, kalau sifat dan sikapku itu ditempa di lingkungan, bukan bawaan lahir. Jadi mohonlah, untuk tidak menganggapku anak kecil karena faktanya aku sama seperti teman-temanku lainnya. Aku gak sepolos yang kalian kira, aku gak sebodoh yang kalian pikir, dan jujur aku sendiri merasa bahwa aku berbahaya (?). Diam-diam menghanyutkan, diam-diam mematikan.

Itu sedikit cerita di jaman SMP, lain lagi pas SMK. Aku punya adek cewek yang selisihnya lima tahun dari aku, secara fisik dia lebih matang dariku. Kalau waktunya jalan bareng, orang-orang pasti merhatiin kami, bisik-bisik, terus tanya, “Kembar ya mbak?” /di situ saya kadang merasa sedih;(, nasib punya muka anak kecil, nasib punya adek yang pembawaannya lebih dewasa/. awalnya aku seneng karena itu artinya aku baby face, cute, etc. Tapi kembali lagi, wajah innocent-ku ini mengganggu! Setiap ketemu orang selalu ngadepin pertanyaan yang sama. It’s really annoying. Apa perlu aku tulis besar-besar di jidat, “Saya kakaknya!” /Huh/.
Aku heran sama orang-orang yang menilaiku sebagai sosok innocent, saking innocent-nya mungkin gak pernah ada yang nyangka kalau saya pernah berpikiran jahat, bahkan aku menganggap diriku benar-benar jahat dan pantas bersanding sama narapidana karena pernah berpikiran jahat. /sumpah, yang aku pikirin jahat banget, gak perlu diceritain/. Tapi kadang memang aku ngerasa aku innocent, tanpa kubuat-buat, aku seperti anak kecil yang polos tidak tau apa-apa dan butuh dituntun. Terkadang aku berpikir aku memiliki dua kepribadian, satu pribadi adalah Eti yang innocent dan pribadi lain adalah Eti seorang psikopat /tapi kayaknya ini gak mungkin deh/

Mungkin orang-orang yang berpikir kalau aku innocent itu karena aku lebih sering diem, penurut seperti kerbau yang dicucuk hidungany, banyak mendengarkan dibanding berbicara, tatapan mata redup, penuh perhatian kepada lawan bicara seolah anak kecil polos yang sangat ingin tau /11 12 sama orang bodoh mungkin/. Dari sini mereka mengambil kesimpulan, “duh, ni anak lugu banget yak.” They think Im innocent, while actually, there’s no innocence in me. Aku akui aku berwajah innocent, tapi hati orang siapa yang tau? Aku tidak sepolos yang mereka kira. Dan jujur, dengan wajah innocent ini aku merasa telah menjadi orang munafik, aku banyak menipu orang-orang dengan wajah ini. Mereka pikir aku tidak tau apa-apa, sementara ada banyak pikiran jahat di otakku yang mungkin sewaktu-waktu bisa kurealisasikan.

Mungkin itulah alasanku gak suka orang-orang berwajah innocent, atau public figure yang image-nya (sok) innocent, seolah tidak tau apa-apa, tidak salah apa-apa, menjijikkan. Semua orang sama, satu waktu bisa sangat baik, dan di lain waktu bisa sangat jahat. Tidak peduli berwajah innocent atau bertampang preman, semua orang melakukan kesalahan. /emosi/

Tapi di balik ketidaksukaanku dengan wajah innocent-ku ini, ternyata ada manfaatnya juga. Percaya gak percaya, semua orang akan dengan gampangnya percaya sama aku, kalau aku bilang A ya berarti memang A. Tidak tau kenyataannya bagaimana, mereka berasumsi wajah innocent tidak mungkin bisa berbohong, mereka pikir Eti adalah anak kecil yang selalu mengatakan apa yang ada di pikirannya. Pada kenyataannya wajah innocent dan sifat innocent tidak selalu berjalan berdampingan. /Itulah aku yang berwajah innocent/ dan karena mereka juga menganggap orang lugu itu tidak berbahaya, aku sering banyak dapet gosip, mulai dari gosip murahan sampe gosip ‘yang kalau saya bocorkan bisa mengancam keberlangsungan hidup seseorang’ kenapa mereka tidak takut menggosip di sekitarku? Karena saya bertampang innocent yang dianggap tidak berbahaya.


Im not innocent. Eti isn’t as innocent as they think.


4 komentar:

  1. Mbakk orangnya lucu ya
    Btw saya juga dibilang begitu di kampus
    Tapi saya sih biasa aja....
    Malah saya buktiin ke mereka bahwa saya tidak sepolos itu tpi dengan cara yg kocak, tidak aneh2

    BalasHapus
  2. Saya juga sering di sepelekan dalam beberapa hal karena mereka menganggap saya tidak bisa mengerjakan hal tersebut sendiri. Tapi enaknya aku dianggap seperti anak kecil, jadi kalo ada biasalah masalah fake friend gitu mereka gak ngelibatin aku 😂😂 hehe padahal aku mungkin lebih tau drpd yg mereka kira 😂

    BalasHapus